1. Bukan sebuah Invasi
Tidak ada yang namanya Invasi Afganistan seperti apa yang media barat tuduhkan. Malah Uni Soviet hanya mengirim beberapa kontingen yang memang secara resmi diminta oleh pemerintah Afganistan. Keputusan untuk mengirim pasukan Soviet ke Afganistan pun tidaklah mudah karena sering mendapat tentangan dari politburo partai komunis Soviet. Namun pada akhirnya disetujui pada 12 Desember 1979 ( Padahal pada saat itu Babrak kamal presiden Afganistan memintanya pada bulan Juli sebelumnya ).
2. Sebuah perebutan yang sudah lama sejak jaman kerajaan
Letak Afganistan sangatlah strategis, dan sering diperebutkan oleh kekuatan besar. Pada abad 19 kekaisaran Rusia pernah berperang melawan kerajaan Inggris untuk memperebutkan Afganistan atau sejarawan biasa menyebutnya "The Great Game" (Permainan Besar), dan konon sejarawan percaya perang Soviet-Afganistan merupakan kelanjutan dari permainan tersebut.
3. Olahraga sebagai alat perang
Konflik Soviet-Afganistan memicu protes dari seluruh dunia, yang tentu saja hal ini disebabkan oleh propaganda media Barat. Sebagai contoh stasiun radio The Voice Of America selalu memulai laporan pertamanya dengan topik konflik Afganistan. Dengan secara terselubung menggiring opini bahwa perang tersebut merupakan agresi militer Soviet dalam merebut tanah Afganistan. Hasilnya atlit Soviet diboikot dan dilarang tampil saat olimpiade di Los Angeles pada tahun 1984.

Jika pada saat ini Amerika sangat getol sekali mempropagandakan kebencian mereka terhadap kelompok teror yang beraliran Islamis, namun pada saat konflik Soviet-Afganistan berlangsung hal tersebut sangat berbeda 180 derajat. Sebagai contoh pada bagian akhir film Rambo III yang bertema konflik Afganistan, terdapat tulisan kesimpulan yang berisi "Film ini didedikasikan untuk pejuang Afganistan yang gagah berani", tidak hanya film jurnalis barat pun juga memuji - muji para mujahid Afganistan dengan sebutan pejuang kebebasan.
5. Minyak dan Vodka
Uni Soviet menghabiskan biaya sekitar 2-3 miliar dollar AS tiap tahun untuk perang mereka di Afganistan. Namun hal itu bukanlah masalah selama harga minyak tetap tinggi (karena Uni Soviet merupakan negara produsen minyak). Namun pada awal November 1980 harga minyak menurun drastis, belum lagi pemerintahan Gorbachev menggencarkan kebijakan anti alkohol sehingga pendapatan Uni Soviet menurun drastis dari hasil penjualan Vodka. Jadi tidak heran intervensi Soviet di Afganistan merupakan salah satu penyebab ekonomi Soviet kolaps.
6. Amerika juga membiaya aksi teror di dalam negeri Uni Soviet
Uni Soviet menjadi hal yang tak bisa terpisahkan selama perang Afganistan berlangsung, sehingga para mujahid Afganistan berencana untuk menyingkirkan Soviet dari konflik Afganistan dengan cara melakukan aksi teror Saat olimpiade tahun 1980 dan Festival pelajar dan pemuda yang ke 12 berlangsung. Hal ini diceritakan oleh mantan agen badan intelijen Uni Soviet, KGB Jendral Philipp Babkov "Jauh sebelum festival berlangsung, para teroris tersebut sudah dilatih oleh CIA di Pakistan dan secara ilegal dikirim ke Uni Soviet untuk melancarkan aksi teror. Mereka diberi uang dan bom plastik untuk diledakkan di tempat ramai. Beruntung hal tersebut berhasil diatasi".
7. Munculnya sindrom Afganistan
oAlotnya jalan pertempuran, dan banyaknya korban meninggalkan trauma tersendiri bagi rakyat Rusia yaitu sindrom Afganistan. Mereka membayangkan ribuan orang tewas dan veteran yang kembali dari perang menjadi tak berguna dan terlupakan. Intervensi Uni Soviet terhadap Afganistan menciptakan "pasukan yang terkhianati dan terlupakan". Imej ini menjadi tidak normal di dalam militer Rusia. Konflik Afganistan telah menurunkan semangat pasukan Rusia, bahkan banyak pemuda yang berusaha menghindari wajib militer.
*Artikel ini diterjemahkan dari RBTH berbahasa Inggris
No comments:
Post a Comment